Setelah kemunculan ceritaku sebelum ini, ada pro-kontra. Bagiku setiap orang bebas menyikapi apapun yang mereka lihat dan baca. Tapi aku harap kurangi-hindari dan setelah itu berhenti menghakimi orang lain. “No matter how someone looks or acts, you truly never know what’s happening in their lives.” -NN-
Beberapa waktu lalu aku mulai mengikuti kegiatan webminar yang diadakan oleh beberapa komunitas, salah satunya adalah komunitas wanita di Jepang. Banyak orang hebat berkumpul disitu, semua berbagi energi positive. Dan aku beruntung berada diantara wanita-wanita hebat.
Pembahasaan nya adalah tentang stress relief. Setelah penjelasan dari para ahli yang berbagi pengalaman dan tips, sampailah pada session dimana kami para peserta harus menjawab dua pertanyaan mudah.
- what is ok to be..
- how you manage your stress on your office?
Disitu aku menemukan jawaban atas apa yang sedang aku lakukan saat ini.
what is ok to be ” NOT OK” now, im feeling wreck, dissapointed and angry with my self.
Ketika aku pulang ke indonesia satu tahun lalu, keluargaku dan sahabatku banyak yang mendoakan agar aku bisa bersabar dan melewati semua ini. Ada pula yang mengatakan bahwa aku jangan mendendam dan ikhlaskan semuanya. Berdamailah dengan masalalu.
Kalian sering baca kasus pemerkosaan..? Mentalnya terluka, tubuhnya tersakiti. Dan tidak sedikit yang hancur hidupnya. Mereka diminta untuk melupakan kejadian itu dan hanya sedikit yang mendapatkan pertolongan dari ahli yang tepat.
Aku merasa, bahwa orang-orang yang secara mental terluka dan secara fisik tersakiti, harus di obati, bukan diminta untuk melupakan dan berdamai dengan masalalu.
Aku marah dengan sekeliling, karena mereka selalu berkata “ikhlaskan dan lupakan” tanpa membantu aku untuk mengetahui cara mengikhlaskannya dan melupakannya. tanpa tau cara mengobati luka hati.
aku punya UN FINISH BUSINESS. and now i`m going to tell everybody that i`m not OK. and i’m looking forward to be OK.
